(Pelajaran Berharga)
Jadi gini ceritanya, awalnya aku gak
terlalu gitu ngerti soal computer (sampe sekarang malah). Sewaktu liburan
semester 2 kuhabiskan waktu di kampung halaman di Pematangsiantar, Sumut dengan
kegiatan yang benar – benar sangat super sekalee positif yaitu nonton tv,
makan, tidur,dan BAB :D. Pada kira2 hari kelima tiba – tiba ayah ngajakin untuk
beli laptop, mumpung lagi ada uang katanya, dan juga untuk keperluan kuliahku.
Aku yang tak begitu tahu tentang Pentium, spec atau apalah itu hanya ngangguk2
setuju sama omongan Ayah, pergilah kami ke toko yang katanya menjual segala
macam computer, laptop, netbook dan semacamnya. Waktu itu malam, hujan gerimis,
kami pergi berempat dengan 2 adik laki –
laki kembar ku (kembar, tpi mukanya ga mirip sama sekali). Sampainya di toko
ternyata tokonya tutup, kami cari ke totko lain juga sama, tutup juga. Ayahku
orangnya kurang sabaran, dia bilang “Harus malam mini kita beli bang!!!”. Aku
bilang sama ayah “Besok aja lah yah, tunggu tokonya buka”, kami ngomongya
sambil teriak2, sampe2 diliatin orang (becanda akh!!), dan sudah tertebak,
lagi2 yang punya toko yg tutup itu teman ayah -_-.
Masih ga sabaran juga, dia ajak kami ke Siantar
Plaza (SP), Plaza dengan fasilitas yang luar biasa, bahkan plazanya punya
tangga berjalan yang nggak berjalan, alias mati, alasannya hemat listrik (alasan
yang cukup masuk akal -_-). Sampailah kami di SP di lantai satu ada tuh yang
jual laptop, bermodalkan stelling mereka jajakan laptop2 tua yang diplastikin
supaya Nampak seperti baru, padahal seken. Kami liat2 barangnya, aku juga awalnya
heran, latopnya kok murah2 harganya 1000.000an gitu. Disuruh pilih2 sama Ayah,
tapi ujung2nya ayah yang nentuin beli laptop yang mana (mending ga usah suruh
milih dah!!), terus terjadilah tawar menawar. Laptopnya diplastikin, tpi ga
pake sambel, terus kami dikasih tas samping (buat laptop) sama mbak yang jaga
tokonya, kipas angin yang diletakin di
bawah laptop + mouse. Pulanglah kami
dengan selamat, sampai rumah program yang pertama kali dibuka adalah tidak lain
dan tidak bukan “game”.
ibm thinkpad r51 (2004) |
Malam itu juga datanglah palekku, dia
agak ngerti soal computer, dia bilang itu laptop model lama. Aku yang selama
ini yang tinggal di dalam gua batu yang gelap dan berlumut gak bisa membedakan
mana laptop keluaran baru dan lama. Laptop yang tebalnya kayak mesin PS2 ini
kami kira laptop keluaran baru, laptop ya laptop, selama dia berbentuk kotak,
punya layar, bisa dicolokin ke saklar lisrtik dan ada gamenya kami anggap itu
laptop bagus, ternyata enggak. Palekku bilang laptop ini udah agak ketinggalan
untuk jaman sekarang mungkin ini keluaran 2003 – 2005, mereknya IBM dan katanya
dulu dia pernah pake sewaktu awal2 dia kerja di kantornya yang dulu. Aku nggak
merasa bersalah, karena yang milih laptop ayah, semua salah ayah, hahaha. Mamak
juga bilang lain kali klo beli laptop yg sabar, tunggu toko yang lain buka,
biar banyak pilihan.
Tapi buatku nggak masalah selama
laptopnya bisa dipake buat ngetik2. Laptop ini memang nggak muat untuk game2
berat (nginstall Photoshop3 aja laptop langsung mati), sering not responding
program, dipake untuk internetan lambat, ga bisa di cas dll, disaat orang
memamerkan game kompnya, aku dan laptop ini hanya bisa melongo. Tapi setidaknya
laptop inilah yang mengenalkan kami sekeluarga untuk agak mengenal computer (adik2ku
jadi mahir main pinball :v), setidaknya nggak gaptek - gaptek kali lah bahasa Medannya.
Aku bersyukur punya laptop ini, klo rusak pun gak sedih2 kali. Laptop ini akan
kujaga dengan segenap jiwa dan raga tumpah darah semangat juang bangsa, tpi
baru kutau klo laptopnya Pentium 3 setelah searching2 di internet. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar